Sabtu, Februari 16, 2008

KELAS XII WHERE WILL YOU BE

Saat saya menulis posting ini, mungkin saat ini adek-adek kelas XII sedang sibuk-sibuknya memikirkan nasib mereka di sepanjang tiga sampai 4 bulan ke depan. Apa yang harus mereka persiapkan, apa yang akan mereka hadapi, bagaimana cara mereka memanaje waktu, kemana mereka akan melanjutkan studi, pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang mungkin menempati persentase tertinggi dalam otak-otak adek-adek kelas XII. Selain rumus-rumus dan hafalan-hafalan tentunya.

Semester II kelas XII merupakan periode yang bisa dikatakan paling menyiksa. Bagaimana tidak, waktu yang sangat singkat (hanya sekitar 3-4 bulan) diisi dengan berbagai macam rangkaian kegiatan, ujian dan praktikum untuk menguji kompetensi mereka selama belajar 3 tahun di SMA. Mau tidak mau kesempatan untuk bermain ataupun kegiatan-kegiatan diluar akademik harus dipangkas sebanyak mungkin. Berbagai macam bimbingan belajar diikuti, try out2 pun dicoba, semua dilakukan demi mengasah kemampuan untuk menghadapi serangkaian ujian yang memeras otak. Dan bagi yang tidak terbiasa dengan ini, tentu neraka sudah bisa sedikit mereka rasakan.

Sebenarnya semua bermuara pada satu hal, lulus dan diterima di perguruan tinggi. Itu saja. Namun yang jadi permasalahan adalah kemana mereka akan melanjutkan? Itulah pertanyaan besar yang sebanarnya adalah pertanyaan pertama yang harus dijawab ketika sudah mulai masuk kelas XII. Mengapa begitu? Pertama, dengan mengetahui kemana kita akan melanjutkan studi, kita akan dapat menentukan prioritas-prioritas pelajaran-pelajaran apa yang akan kita dalami. Kedua, motivasi akan terbentuk jika sedari awal sudah memiliki target tertentu. Misalnya, saya ingin masuk UGM, saya tahu itu berat, untuk itu saya akan lebih rajin belajar. Motivasi seperti itulah yang akan didapat jika sudah memiliki target dari awal. Ketiga, beban otak akan terkurangi karena pikiran-pikiran tantang kemana akan melanjutkan sudah terjawab. Sepele memang, namun hal ini berefek sangat besar. Bagaimanapun pikiran manusia akan lebih rileks jika sudah mengetahui sesuatu yang dilakukannya akan menemui hasil.

Nah, dari sini muncul pertanyaan, kemana kita akan melanjutkan?? Para pengasuh dan orang bijak sering menganjurkan untuk melanjutkan ke jurusan yang sesuai dengan bakat dan keinginan kita. Memang itu benar adanya. Namun yang perlu diingat, keinginan harus diimbangi dengan kemampuan. Jangan pernah sekali-kali memilih jurusan yang sangat kontras dengan kemampuan. Itu bunuh diri namanya. Akan sangat bijak jika keinginan-keinginan dan bakat-bakat itu sudah mendapat prioritas-prioritas tersendiri, sehingga nanti jika target teratas tidak terpenuhi masih ada target berikutnya yang dituju. Lalu bagaimana yang mengetahui bakatnya sendiri saja tidak tahu?? Ini yang cukup berat, kita tidak bisa menyalahkan hal ini. Mungkin bakatnya terlalu banyak seningga bingung mana yang paling disukai, atau bahkan tidak berminat dalam hal apapun!!! Mungkin bagi mereka yang mengalami problem kebanyakan bakat dapat membuat list bakat apa saja yang paling sesuai dengan diri mereka, memilahnya, kemudian baru memilih perguruan tinggi mana saja yang bisa menampung minat mereka. Selanjutnya perlu dibuat daftar prioritas dan kemudian mensinkronkan dengan kemampuan yang dimiliki. Gampang kan?

Lalu untuk mereka yang sulit untuk mengetahui minat mereka di bidang apa, mungkin perlu bantuan dari orang-orang terdekatanya seperti teman, orang tua, ataupun saudara. Selain memberi saran, mereka dapat dijadikan sebagai cermin untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita. Dengan bantuan mereka, mungkin minat yang terpendam bisa digali keluar, atau bahkan mengetahui kemampuan sebenarnya dari diri kita. Proses selanjutnya adalah sama dengan yang sebelumnya.

Hal yang juga harus diperhatikan adalah kemampuan ekonomi keluarga. Walaupun banyak alasan untuk mengindahkan masalah ini, namun banyak juga yang terhambat karena masalah uang. Memang kuliah tidak bisa dilepaskan dengan masalah biaya, namun tidak seharusnya hal ini menjadi penghambat cita-cita seseorang. Memang perlu peran dari orang tua untuk koordinasi secara matang untuk mengatasi masalah ini. Kebanyakan kasus, minat anak terhambat masalah ekonomi keluarga, akibatnya dia masuk ke jurusan atau universitas yang tidak atau bahkan sama sekali tidak diinginkannya. Untuk itu sang anak seyogyanya menyesuaikan kemampuan ekonomi orang tuanya atau mencari jalan lain lewat beasiswa.

Ada permasalahan lain yang tidak bisa dianggap sepele, yaitu keinginan orang tua. Memang banyak dari kalangan orang tua yang menginginkan anaknya melanjutkan ke jurusan pilihan orang tuanya. Tidak jadi persoalan jika sang anak mampu dan memang berniat di bidang yang dipilihkan orang tuanya. Namun jika sang anak tidak berminat, ini bisa gawat. Perlu pengertian yang mendalam antara orang tua dan anak dalam memahami kasus ini. Jangan sampai keinginan anak terabaikan. Namun jangan sampai juga orang tua menolak membiayai biaya kuliah hanya gara-gara kecewa anknya tidak menuruti keinginan mereka. Dalam hal ini sebaiknya orang tua yang mengalah, toh mereka tidak bisa memaksakan kehendak mereka karena yang berstudi adalah sang anak, bukan orang tua. Bukankah begitu adek-adek??

Nah dari uraian singkat di atas yang perlu di garis bawahi adalah semuanya tergantung dari keinginan dan niat dari pribadi masing-masing. Kesuksesan ada di tangan mereka yang punya perencanaan matang, motivasi yang kuat, serta dukungan dari berbagai pihak yang selalu menyertainya. Semoga sukses bagi kalian yang akan mengikuti ujian, dan jangan pernah menyerah menghadapi ujian, karena orang akan menjadi lebih baik setelah melalui ujian.

Regards..

(Joko Suseno)*


*Penulis adalah Mahasiswa S1 Psikologi UGM

The Jorney of US

cerita tentang Um Ugm 2007


Blitar,6 April 2007 pukul 22.30 malam
Dalam keremangan travel aku mengaktifkan hp ku,mengontak 6 anak SMAN 1 Blitar lainnya, teman-teman seperjuanganku mengahadapi perang "Utul UM UGM". Aku berangkat dari Wlingi sekitar pukul 22.00. Empat anak berkumpul di rumah Dian Agung dan 2 orang di rumah Kokoh, menungguku dantravel yang kusewa untuk mengantar kami ke medan perang, Yogyakarta. Segera setelah ku kontak mereka, travel sudah memasuki daerah KOta Blitar dan segera meluncur ke Jl.Sultan Agung untuk menjemput keempat sobatku.

Rekan2ku seperjuangan ternyata telah stand by di tepi jalan Sultan Agung, rupanya agar memudahkan travel, daripada harus masuk ke gang tempat kediaman keluarga agung berada. tak sampai 7 menit, barang2 sudah dimuat dan Agung, Rahmad, Arga dan Aris sudah duduk nyaman dan travel pun meluncur kembali, menjemput kokoh dan Rosyid di Kolomayan.

Dalam perjalanan beberapa dari kami saling ngobrol,diskusi lagu dan beberapa ada yang tidur,sampai jam 00.30 kami dibangunkan sopir untuk makan tengah malam di restoran Pagi Sore, sebuah restoran di Madiun. Setelah kenyang makan malam dan beberapa ada yang shalat, kami tidur pulas hingga jam 04.00.


Yogyakarta,7 April 2007
Jam 04.30, kami akhirnya tiba di kediaman pakdhe saya didaerah Karanggayam, sekitar 2,5 km dari kampus UGM. setelah sedikit basa-basi kami segera naik ke kamar yang telah beliau kosongkan dan sediakan karpet dan beberapa bantal. Setelah menata barang-barang bawaan kami, kami segera shalat dan beristirahat sekitar 1 jam,sekedar meresapi udara pagi medan perang atau mengabari sanak kerabat dan relasi bahwa kami sudah sampai di jogjakarta (teman2 yang meutuskan ikut akomodasi sekolah baru berangkat beberapa jam kemudian).

Jam 08.30, setelah kami mandi dan sarapan, kami meminta Pakdhe mengantar kami mengecek tempat ujian kami.
"Lhah,kalian sudah podho tahu tempatnya belum?"
"Dereng, Pakdhe, tapi ada peta niki",jawabku.
"Oo,yo gampang..."Pakdhe akhirnya mau mengantar kami.

Pertama kami ke Gedung Kuliah Umum (GKU),tempat dimana aku, rahmad, rosyid dan kokoh akan beradu otak bersama beberapa peserta yang memilih Kemampuan IPA. disana juga sudah banyak peserta, beberapa didampingi orangtuanya atau bersama teman-temannya, juga sudah marak orang2 menjajakan apa yang mereka sebut 'Soal-Soal UM UGM dari Tahun ke tahun beserta Pembahasannya','Kunci Jawaban UM UGM 2007' dan semacamnya, atau sekedar peralatan ujian seperti penghapus, pensil, dan alas lembar jawaban (meja dada) yang sebenarnya tidak dibutuhkan dalam Ujian Tulis UM UGM.

Selanjutnya kami ke Fakultas Kedokteran Gigi tempat Peserta *_____(asifu rada lali bagian iki)_____*

Pukul 10.30,setelah semua anak tahu tempat ujiannya masing2,kami ditawari untuk mampir ke Malioboro oleh Pakdhe, nmun kami menolak karena tujuan kami ke Jogja bukan untuk wisata atau plesir, tapi untuk Ujian, berperang mengadu kemampuan demi meraih impian kami. Pakdhe paham dan kamipun pulang, walau ternyata sesampainya dirumah pakdhe beberapa dari kami tidur sampai sekitar jam 13.30.

Baru pada malam harinya,kami mulai belajar. masing2 mengeluarkan buku pelajaran dan andalan masing-masing:Rahmad dan Agung yang percaya dirinya harus banyak belajar kemampuan skolastik mengeluarkan buku soal "Tes bakat dan Skolastik". Arga dan Aris yang mngambil kemampuan IPC asyik membahas soal-soal IPS. Kokoh dan Rosyid berdiskusi beberapa hal IPA, sementara aku karena hanya membawa buku Biologi,belajar biologi,walau setelah seperempat jam merasa bosan dan akhirnya bergabung dengan Rahmad membahas tes logika

Yogyakarta,8 April 2007
Waktu terasa berjalan begitu cepat,serasa tidur hanya semenit,bahkan sedetik, ketika menyadari jam menunjukkan pukul 4.30. kami bergegas Shalat dan berebut mandi,segera makan dan mengecek segala senjata dan perlengkapan tempur kami. Pensil 2B 2 1/2 batang, Penghapus Fabercastle hitam, Cutter/ Rautan, kartu Ujian, dan segala kelengkapan dan peralatan ujian kami cek kembali. setelah semua siap dan jam menujukkan pukul 06.10,kami bergegas berangkat ke lokasi Ujian masing2, dengan diantar oleh Pakdhe.

Pukul 07.00,kemampuan IPA dan IPC memulai Ujian mereka dengan soal-soal Kemampuan IPA. Kontan saja, belum apa-apa mental sudah diserang dengan soal-soal yang tak terduga, kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa dengan hal semacam ini (entah faktor mental,kebiasaan, atau faktor lain masih dalam penyelidikan).Selama 2 jam,mengerjakan 100 soal,aku hanya mengerjaka 5 soal Fisika, 7 soal Kimia, 10 soal Biologi, seluruh soal matematika dikurangi 2, pokoknya targetku terpenuhi(Aku bikin target untuk "cukup bisa mengerjakan sejumlah n soal, bila bisa lebih alhamdulillah").

Setelah waktu mengerjakan kemampuan IPA berakhir, ada waktu istirahat sekitar 30 menit, dan kami segera disodori soal-soal kemampuan dasar.
2 jam berlalu dan selama ujian berlangsung, budaya kotor contek-menyontek tidak "terlihat".

Pada saat Kemampuan IPA dan IPC memulai Ujian kemampuan dasar, peserta Ujian kemampuan IPS baru mulai ujian mereka, dengan materi yang sama yaitu kemampuan dasar. hanya saja, setelah peserta kemampuan IPA selesai mengerjakan soal kemampuan dasar langsung dipersilakan mengerjakan soal2 tes bakat Skolastik (ini rumornya memegaruhi penilaian hampir 50%), sementara peserta IPS dan IPC boleh Istirahat....



(bersambung dulu....)